Perempuan Harus Berani Total! (Bagian 3 - Habis)
Sri Parmini, yang kini memegang pangkat Brigjen, punya satu prinsip yang selalu dipegangnya. Setiap ada kemauan, maka pasti ada jalan. Apa yang orang lain mampu, kita juga bisa, demikian Sri meyakini.
Berpegang dengan falsafah itulah Sri merasa tidak canggung saat memimpin. Namun ia tak mengelak, memimpin di wilayah yang notabene didominasi kaum pria bukanlah hal yang mudah. Terlebih jika menghadapi anak buah yang terkenal malas dan tidak mau berusaha.
''Saya tidak membedakan cara memperlakukan bawahan, baik itu laki-laki atau perempuan. Bagi saya 'cambukan' kecil itu bisa menyadarkan bawahan agar tidak terlena,'' ungkapnya.
Sebagai pemimpin, Sri menghadapi berbagai tipe manusia dengan watak dan sifat yang berbeda. Maka, ia juga harus pintar-pintar mendekati anak buahnya, karena pada dasarnya tidak semua orang bisa diperlakukan sama. Ia perlu mengenali bagaimana sifat-sifat bawahannya, siapa yang harus dikerasi, atau siapa yang cukup ditegur saja.
Di mata rekan sekerja ataupun anak buahnya, Sri dipandang sebagai pemimpin yang tegas. Dalam hal pekerjaan ia tidak ingin setengah-setengah. Menurutnya, sikap inilah yang perlu dimiliki perempuan agar kelak bisa menjadi pemimpin. Pendidikan ini tak hanya diterapkannya pada anak buahnya, tetapi juga pada putri sulungnya. Perempuan harus mampu mandiri, tegas, dan penuh dedikasi dengan apa pun yang dilakukan. Semua harus dilakoni secara serius dan tidak tanggung-tanggung.
''Saya pikir setiap perempuan yang bekerja total tentu akan mendapatkan kesuksesan yang total juga,'' tegasnya.
Di sela-sela perbincangan dengan Kompas Female, Sri juga sempat berkomentar mengenai ribut-ribut soal nikah siri. Sri mengaku sangat tidak setuju dengan nikah siri. Baginya hal tersebut merupakan suatu bentuk untuk merendahkan perempuan. Oleh karenanya, Sri mengaku mendukung Rancangan Undang-undang (RUU) Peradilan Agama Tentang Perkawinan yang di dalamnya mengatur nikah siri, poligami, dan kawin kontrak.
''Jangan mau jadi perempuan yang 'habis manis sepah dibuang'. Kita harus melindungi hak-hak diri kita, dan anak kita nantinya,'' ujarnya serius. Untuk itu, perempuan tidak boleh memposisikan dirinya rendah di mata orang lain.
Meskipun demikian, menurut Sri perempuan tetap harus tahu diri. ''Kita bekerja berdedikasi dan bertanggungjawab pada pekerjaan. Tetapi kita tidak boleh lupa hak dan kewajiban sebagai istri dan ibu dari anak-anak,'' imbuhnya. "Hormati juga suami, karena bagaimana pun suami adalah kepala rumah tangga."